Saturday, June 3, 2023

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 02 INDRALAYA

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SD NEGERI 02 INDRALAYA

 

Zainuddin1, Rizki Julinda2

1Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Al-Qur’an Al-Ittifaqiah Indralaya

2Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Al-Qur’an Al-Ittifaqiah Indralaya

 

Email: 1z.nudien@gmail.com 2perwatiindah12@gmail.com

 

http://ojs.stai-ibnurusyd.ac.id/index.php/arrusyd/article/view/9

 

Abstract

 

               The personality of the teacher is one of the important factors for the success of learning, especially Islamic Religious Education learning that meets the requirements of the values ​​and behavior of students. Islamic education teachers become one of the important factors that can affect the success of education. Instilling good spirit and morals, can only be done by teachers who have good personality. For this reason, the characteristics of Islamic Religious Education teachers include; have good morals, discipline, and responsiveness. The personality characteristics of Islamic Religious Education teachers have a great impact on students in practicing Islamic teachings. This is caused by many factors that influence it, both from the Islamic Religious Education teachers themselves, from the environment and from the students' families.

 

Keywords: Character, Teacher Personality, Islamic Religious Education.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Abstrak

 

Kepribadian guru menjadi salah satu factor penting terhadap keberhasilan pembelajaran, terutama pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang syarat akan nilai-nilai keimanan dan perilaku peserta didik. Guru pendidikan Agama Islam menjadi salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Menanamkan keimanan dan akhlak yang baik, hanya dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kepriadian yang baik. Untuk itu karakteristik keprbibadian guru Pendidikan Agama Islam diantaranya; memiliki akhlakul karimah, disiplin, dan responshif. Karakteristik kepribadian guru Pendidikan Agama Islam memberikan dampak yang besar bagi peserta didik dalam mempraktekkan ajaran Islam. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya, baik dari guru Pendidikan Agama Islam sendiri, dari lingkungan maupun dari keluarga peserta didik.

 

Kata kunci: Karakteristik, Kepribadian Guru, Pendidikan Agama Islam.

 

http://ojs.stai-ibnurusyd.ac.id/index.php/arrusyd/article/view/9

 

PENDAHULUAN

         Guru memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan proses belajar mengjar. Sebagai seorang guru dituntut untuk memiliki kreatifitas, inovasi, cerdas, serta gesit dalam membimbing peserta didiknya dalam kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu, hal yang wajar apabila guru dituntut untuk mampu menguasai materi yang diajarkannya, mampu menguasai kelas, mempunyai wawasan yang luas, memiliki kreatifitas yang tinggi dan memiliki karakter-karakter positif lainnya, sehingga keberhasilan proses belajar mengajar dapat tercapai.[1]

         Kompetensi yang harus dimiliki guru tersebut, tidak hanya harus dimiliki oleh guru Pendidikan Islam semata, melainkan seluruh guru pada umumnya, karena mereka adalah pendidik, pembimbing atau pembina yang umumnya sangat dekat dengan kehidupan pribadi para peserta didik. Umunya para peserta didik menjadikan guru Pendidikan Agama Islam sebagai teladan dan contoh yang diidolakan. Baik kebiasaan, sikap, maupun prilakunya selama berada di sekolah menjadi contoh yang digugu dan ditiru, dan dianggap yang paling benar oleh para peserta didiknya.

         Guru Pendidikan Agama Islam yang sangat ideal, merupakan guru yang mengabdi karena panggilan jiwa, niat dari hati nurani, serta ketulusan dan keikhlasan dalam mendidik, membimbing, dan mengarahkan peserta didiknya bukan karena soal materi semata. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki tanggung jawab yang sangat besar, dalam mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang baik, yang ada dalam dirinya. Seperti norma agama, kesopanan, kesusilaan dan lain sebagainya. Dan yang paling utama adalah norma agama, karena norma agama yang akan membentuk karakteristik peserta didik, dan sebagai pedoman yang bersumber dari Allah SWT.[2]

Profesi sebagai guru Pendidikan Agama Islam memiliki perbedaan dengan profesi apapun diluar sana, karena untuk menjadi guru Pendidikan Agama Islam memerlukan persyaratan-persyaratan khusus selain keilmuan, yaitu kepribadian. Mengenai pentingnya kepribadian guru Pendidikan Agama Islam, seorang psikolog terkemuka, Zakiyah Daradjat menegaskan bahwa kepribadian menjadi salah satu factor penting yang akan menentukan masa depan peserta didik, terutama pada masa anak di tingkat dasar.[3]

Dengan demikian, baik atau tidak citra seorang guru Pendidikan Agama Islam ditentukan oleh kepribadiannya, meskipun kepribadian itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak, hanya bisa dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur perilaku dan fisik. Kepribadian menentukan tinggi rendahnya kewibawaan atau citra seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam pandangan peserta didik dan masyarakat.

Permasalahan yang terjadi di masyarakat sampai saat ini, masih terdapat beberapa oknum yang berprofesi sebagai guru memiliki kepribadian yang seringkali justeru sangat meresahkan di masyarakat, terutama dalam tindakan-tindakannya, yang berakibat timbulnya sikap-sikap yang kurang layak sebagai seorang guru Pendidikan Agama Islam. Maka hal ini tentu akan memberikan tantangan tersendiri bagi para guru yang benar-benar menjaga diri untuk selalu menjadi sosok panutan bagi peserta didiknya.

Guru Pendidikan Agama Islam dan peserta didik memang dua figur manusia yang tidak pernah lepas jadi pembicaraan di masyarakat. Oleh karena itu setiap calon guru Pendidikan Agama Islam sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik atau ciri khas kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai contoh ataupun panutan para peserta didiknya.

Kepribadian guru Pendidikan Agama Islam adalah sebuah penentu kedekatan hubungan guru Pendidikan Agama Islam dengan peserta didik. Kepribadian guru Pendidikan Agama Islam akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing peserta didik.[4]

Dari kepribadian guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri, keberhasilan guru Pendidikan Agama Islam dalam mengelola proses belajar mengajar dapat dilihat dari berbagai segi di antaranya adalah prestasi yang dicapai oleh peserta didik dan jalannya proses belajar mengajar tergantung dari pendekatan yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Prilaku guru Pendidikan Agama Islam dalam proses tersebut tidak hanya di pengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya sementara, misalnya ketepatan menentukan tujuan pengajaran atau memilih materi pengajaran yang sesuai dan kemampuan menggunakan media pengajaran saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku guru Pendidikan Agama Islam yang relatif tetap yaitu kepribadian guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri.

Sebagai contoh, guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil atau idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang patut dicontoh. Itulah kesan terhadap guru Pendidikan Agama Islam sebagai sosok yang ideal, sedikit saja guru Agama Islam berbuat yang kurang atau tidak baik, akan mengurangi kewibawaannya, secara perlahan lebur dari jati dirinya bahkan bisa juga ia dicaci maki dengan sinis hanya karena kealfaan berbuat kebaikan. Keburukan perilaku peserta didik cenderung diarahkan pada kegagalan guru pembimbing dan pembina peserta didik karena faktor kepribadian guru Pendidikan Agama Islam yang sangat sensitif. Padahal perilaku peserta didik yang buruk itu disebabkan dari beberapa sumber, bukan hanya dari faktor guru pembimbing atau pembinanya saja.[5]

Aspek sosial yang diemban oleh guru Pendidikan Agama Islam adalah misi kemanusiaan, karena mengajar adalah kemanusiaan masyarakat serta aspek profesional yang menyangkut peran profesi dari guru Pendidikan Agama Islam atau pendidik dalam arti yang memiliki kualifikasi profesi sebagai seorang guru Pendidikan Agama Islam. Oleh sebab itu, penelitian ini menjadi penting untuk mengetahui seperti apa sosok atau karakteristik yang harus dimiliki oleh guru pendidikan Agama Islam.

http://ojs.stai-ibnurusyd.ac.id/index.php/arrusyd/article/view/9

 

PEMBAHASAN

A.       Krakteristik Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam

Karakteristik merupakan bagian dari kepribadian, yang seringkali diterjemahkan sebagai sifat atau watak yang dapat memengaruhi perilaku, pikiran, bahkan hati seseorang. Atau dengan kata lain, karakterisitik menempatkan perilaku seseorang terhadap konsistensi dan pendiriannya dalam berpegang teguh pada integritasnya.[6] Sedangkan kepribadian itu sendiri adalah pola perilaku yang menjadi karakterisitik seseorang secara lebih luas, yang meliputi  berpikir, merasa, dan motivasi seseorang dalam merespon situasi.[7]

Al-Ghozali dalam kitab Ihya Ulumuddin, menjelaskan kepribadian sebagai suatu watak, perangai, tabiat yang melekat kuat pada jiwa seseorang, dan merupakan sumber timbulnya perilaku tertentu yang ada dalam dirinya secara mudah dan spontan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu.[8] Oleh sebab itu, kepribadian seseorang muncul berdasarkan hati nurani yang dimilikinya. Apabila hatinya bersih maka perbuatan yang dilakukannya juga akan baik, namun apabila hatinya kotor penuh dengan dengki dan iri hati maka sudah tentu perbuatan yang dilakukannya juga akan buruk.

Menurut Zakiah Daradjat ada banyak makna terkait kepribadian, menurutnya kepribadian adalah segala tindakan, perbuatan, ucapan, tata cara bergaul, penampilan atau cara berpakaian, serta dalam menghadapi dan menyelesaikan sebuah persoalan, baik masalah kecil maupun masalah besar.[9] Dengan demikian, kepribadian mempunyai pengertian yang cukup komplek, yang terdiri dari berbagai aspek, yang meliputi aspek fisik dan psikis. Adapun aspek-aspek tersebut menurut Ngalim Purwanto diantaranya; pertama, sifat-sifat kepribadian; kedua, inteligensi; ketiga, kesehatan; keempat, sikap terhadap orang lain; dan kelima, pengetahuan[10]. Kelima aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan pendidikan, terutama menjadi pertimbangan bagi seorang guru.

Guru merupakan seorang pendidik yang memiliki seperangkat nilai dan kecakapan yang lebih, yang harus mampu mengubah tantangan dan peluang.[11] Selain itu, guru sebagai agen pembelajar dengan peran yang sangat banyak, di antaranya; sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi pada peserta didiknya. Guru merupakan sosok yang patut di gugu dan ditiru. Baik di gugu segala ucapan dan perbuatannya, termasuk ditiru segala tingkah lakunya, dan dijadikan sebagai contoh teladan oleh peserta didik maupun oleh masyarakat.[12] Selain itu guru sebagai pengemban amanah yang bertanggung jawab terhadap amanah yang diserahkan kepadanya.

Dengan demikian, guru Pendidikan Agama Islam memegang peranan yang sangat penting disekolah, karena watak dan kepribadian peserta didik sangat berkaitan dengan sosok guru Pendidikan Agama Islam. Kualitas pendidikan Islam di Indonesia berada ditangan guru Pendidikan Agama Islam, mereka memiliki tanggungjwab yang sangat berat dalam melahirkan suatu generasi sesuai harapan bangsa untuk mewujudkan masa depan yang mampu mengatasi tantangan kehidupan dan suatu perubahan yang lebih maju.

Dalam menjalankan misinya tersebut, guru Pendidikan Agama Islam menempati posisi penting sebagai penyeimbang kecenderungan pengetahuan yang mempunyai pandangan mencari kesenangan materi semata menjadi pandangan yang positif, religius dan Islami. Melalui Pendidikan Agama Islam guru dapat mengenalkan kepada peserta didik sekaligus menanamkan nilai-nilai sosial yang hidup dan dipertahankan dalam kehidupan masyarakat yang menjadi bagian dari watak dan kepribadian manusia yang baik.[13]

   Guru Pendidikan Agama Islam pada umumnya haruslah memiliki kepribadian yang baik, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. Guru Pendidikan Agama Islam juga harus bisa dan mampu memahami dirinya sendiri, mengendalikan diri, dan menghargai diri. Guru Pendidikan Agama Islam haruslah berakhlakul karimah. Memiliki tingkah laku yang terpuji, tingkah laku terpuji adalah tanda kesempurnaan iman seorang hamba kepada Allah SWT. Akhlakul karimah atau disebut juga akhlak mahmudah merupakan segala sesuatu yang bisa mendatangkan suatu kebahagiaan dunia dan akhirat, serta bisa menyenangkan semua manusia. akhlakul karimah atau akhlak mahmudah merupakan petunjuk dari Nabi Muhammad SAW, serta diikuti oleh para sahabat dan para ulama.[14]

Guru harus mempunyai sifat kepribadian terpadu, kepribadian terpadu seperti guru dapat menghadapi segala persoalan dengan wajar dan sehat, artinya segala unsur dalam pribadinya bekerja secara seimbang dan serasi, pikirannya mampu bekerja dengan tenang, setiap masalah mampu ditanganinya secara objektif. Dengan demikian sebagai guru, ia dapat memahami kelakuan anak didik sesuai dengan perkembangan jiwa yang sedang dilaluinya serta pertanyaan anak didik dapat dipahami secara objektif.[15] Perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu yang tampak stabil, optimis dan menyenangkan dan dapat menarik hati para peserta didik, setiap anak merasa diterima dan disayangi oleh guru karena sikap dan tingkah laku dari guru tersebut.

Sikap atau tingkah laku guru pada umumnya adalah penampilan lain dari kepribadiannya. Bagi para anak didik apalagi untuk anak-anak tingkat sekolah dasar, guru itu sangat berperan penting untuk menjadi contoh atau teladan dalam pertumbuhan peserta didik yang dapat diguguh dan ditiru. Guru merupakan orang yang sangat penting setelah orang tua, guru sangat berpengaruh dalam pembinaan anak didik, karena kalau tingkah laku atau akhlak guru tersebut tidak baik, akhlak  anak didik pada umumnya juga akan rusak olehnya.[16]

Selanjutnya, jika merujuk pada standar nasional pendidikan, seorang guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki karakteristik kepribadian sebagai berikut; a). kepribadian yang mantap dan stabil, dicirikan dengan tindakan yang sesuai dengan norma hukum dan sosial, rasa bangga sebagai pendidik dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma-norma yang ada, b). dewasa, dicirikan dengan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki sikap kerja sebagai guru, c). arif, dicirikan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat, serta terbuka dalam berpikir dan bertindak, d) berwibawa, dicirikan dengan perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani, e). akhlak mulia dan menjadi teladan, dicirikan dengan tindakan yang sesuai dengan norma religius dan memiliki perilaku yang layak diteladani, dan f). evaluasi dan pengembangan diri, dicirikan dengan kemampuan introspeksi diri dan mengembangkan potensi diri secara optimal.[17]

Dari hasil wawancara dengan Putri Noplin mengatakan bahwa kepribadian guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 02 Indralaya, guru Pendidikan Agama Islam tidak pernah marah apalagi sampai dengan melakukan kekerasan, kalau beliau marah beliau menghukum siswa dengan cara memberikan tugas tambahan atau menghafalkan salah satu surah ataupun menghafalkan materi yang pernah dipelajari. Selama guru Pendidikan Agama Islam mengajar beliau sering bercerita, misalnya cerita tentang Nabi dan tentang kehidupan sehari-hari. Dengan begitu siswa ini mengatakan cukup menyenangkan tapi juga kadang bikin jenuh karena terlalu sering bercerita.[18]

Karakteristik kepribadian guru Pendidikan Agama Islam sangat berhubungan dengan keberhasilan peningkatkan proses belajar mengajar meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Karena dalam proses belajar mengajar, fleksibilitas kognitif guru Pendidikan Agama Islam terbagi atas tiga dimensi yaitu: pertama, Dimensi karakteristik kepribadian guru Pendidikan Agama Islam, guru dapat mempertimbangkan berbagai alternatif cara mengkomunikasikan materi pelajaran Agama Islam pada peserta didik, dan dapat menggunakan humor secara proporsional dalam menciptakan proses belajar mengajar yang menarik. Kedua, sikap kognitif guru Pendidikan Agama Islam terhadap peserta didik harulah dapat menunjukkan sikap yang demokratis dan tenggang rasa terhadap semua peserta didik, responsif terhadap keadaan kelas, serta dapat menilai peserta didik berdasarkan faktor-faktor yang ada. Ketiga, Sikap kognitif guru Pendidikan Agama Islam terhadap materi dan metode harulah menggunakan metode yang relevan sesuai dengan sifat materi.

http://ojs.stai-ibnurusyd.ac.id/index.php/arrusyd/article/view/9

 

B.       Kepribadian Guru dan Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Kepribadian guru merupakan factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip Pendidikan Agama Islam sedikit banyak sangat dipengaruhi oleh sikap dan kepribadian guru yang kreatif dan inovatif dalam memilih dan melaksanakan berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Termasuk dalam mencapai tujuan pendidikan Agam Islam sebagaimana menurut Al-Syaibani memiliki empat ciri pokok pembelajaran Pendidikan Agama Islam, diantaranya a). sifat yang bercorak agama dan akhlak, b). sifat yang komprehensif yang mencakup segala aspek pribadi peserta didik, dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat, c). sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya, d). sifat realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perorangan diantara individu, masyarakat, dan kebudayaan dimana-mana dan kesanggupan untuk berubah dan berkembang bila diperlukan.

Dalam hal ini, karakteristik kepribadian guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 02 Indralaya sangat berdampak atau berpengaruh posisitf terhadap kepribadian peserta didik, terutama tentang akhlak dan nilai-nilai kesopanan yang ditanamkan oleh guru Pendidikan Agama Islam kepada peserta didik terhadap guru maupun orang tua, tentang kedisiplinannya terhadap waktu dan sifat pedulinya terhadap sesama. Kepribadian guru Pendidikan Agama Islam ini sudah sesuai dengan akhlak yang baik, penuh kasih sayang, mengajari anak didik penuh dengan rasa ikhlas dan kesabaran. Apa yang menjadi jati diri dari guru Pendidikan Agama Islam sedikit banyak bisa menjadi contoh dan bernilai positif bagi peserta didik.[19]

Adapun karakteristik guru Pendidikan Agama Islam yang di SD Negeri 02 Indralaya, berdasarkan hasil observasi diantaranya; a). memiliki kepribadian yang peduli dan adil, tidak pilih kasih terhadap peserta didik, serta memberikan perhatian yang sama terhadap peserta didik satu dengan yang lainnya, berdampak besar bagi peserta didik, terutama dalam masa pertumbuhan anak-anak tingkat sekolah dasar. Bisa membuat anak didik tersebut lebih merasa diterima dan disayangi oleh guru, dengaan begitu akan membuat guru lebih dekat dengan para peserta didiknya, dan memudahkan guru untuk melakukan proses pembelajaran yang lebih baik. b). Memiliki kepribadian yang tegas dan berwibawa, dampaknya peserta didik, lebih menghormati, tidak semena-semana terhadap guru Pendidikan Agama Islam ini, apalagi saat jam pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung, sekaligus segan. c). memiliki keprbadian yang baik dan berakhlak mulia, menurut penulis dalam  menciptakan lingkungan yang tepat dan mendukung, serta dalam mengurangi kesalahpahaman anak didik terhadap ajaran Agama Islam sudah berdampak baik. [20]

Hal ini berkaitan dengan pendapat Al-Ghazali[21] sebagaimana yang dikutip Abd Rahman Assegaf cukup komprehensif dalam menawarkan karakter kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru Pendidikan Agama Islam. Bagi Al-Ghazali, guru Pendidikan Agama Islam haruslah menerima segala masalah-masalah yang anak didik alami, dengan hati, sikap yang terbuka dan tabah. Bersikap penyantun lagi penyayang, tidak angkuh terhadap sesama, rendah hati, menghindari aktivitas yang sia-sia, lemah lembut pada anak, tidak pemarah, tidak menakutkan bagi anak, memperhatikan pertanyaan mereka, menerima kebenaran dari anak yang membantahnya, mencegah anak mempelajari ilmu yang berbahaya, serta mengamalkan ilmu yang dipelajarinya. Dari pendapat diatas, Al-Ghazali menekankan betapa pentingnya seorang pendidik yang mampu memahami, membimbing, dan mengarahkan anak didik menuju keberhasilan yang hakiki.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian di atas, karakteristik guru pendidikan agama Islam setidaknya memiliki bebrapa factor diantaramya: 1) memiliki kepedulian yang tinggi pada peserta didik dengan tidak membeda-nedakan satu sama lain, bertindak adil dan tidak pilih kasih. 2) memiliki ketegasan dan kewibawaan, serta welas asih 3) berkepribadian yang baik dengan ditunjukkan dengan perilaku sesuai dengan nilai-nilai Islam (akhlak yang baik).

http://ojs.stai-ibnurusyd.ac.id/index.php/arrusyd/article/view/9

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Abdul Aziz, Hamka. Karakter Guru Profesional, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2016)

Abdurahman, Muhammad. Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2016)

Bahri Djamarah, Syaiful. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000)

Daradjat, Zakiah. Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 2005)

Daradjat, Zakiah. Kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), h. 16.

Hariyanto dan Suyono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)

Ma’mur Asmani, Jamal. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009)

Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama, (Surabaya: Citra Media, 1996)

Octavia, Shilphy A. Etika Provesi Guru. (Yogyakarta: Deepublish, 2020)

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996)

Rahman Assegaf, Abd. Filsafat Penddikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integrative-Interkonektif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011)

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 80.

Suwanto, Budaya Kerja Guru. (Lampung: GRE Publishing, 2019)

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didi dalam Interaksi Educatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)

Uzer Usman, Muhammad. Menjadi Guru Professional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),

Yusuf, Syamsu. Teori Kepribadian, (Bandung : PT. Rosdakarya, 2007)

 



[1]Hariyanto dan Suyono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 147.

[2]Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), hlm. 10.

[3]Zakiyah DaradjatKepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 8.

[4]Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama, (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 13.

[5]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didi dalam Interaksi Educatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 38.

[6]Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2016), hlm.19.

[7]Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian, (Bandung : PT. Rosdakarya, 2007), hlm. 30.

[8]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 80.

[9] Zakiah Daradjat,  Kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), hlm. 16.

[10] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 132-160

[11] Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 43.

[12] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,…., h. 25.

[13] Shilphy A. Octavia. Etika Provesi Guru. (Yogyakarta:Deepublish), hlm. 159.

[14]Muhammad Abdurahman, Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2016), hlm. 34.

[15]Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 10.

[16] Zakiyah Daradjat, Kepribadian…., hlm. 6.

[17] Suwanto, Budaya Kerja Guru. (Lampung: GRE Publishing, 2019). hlm. 118.

[18]Putri Noplin, Siswi SD Negeri 02 Indralaya, Wawancara, Indralaya, 8 September 2021.

[19]Jamana, Kepala Sekolah SD Negeri 02 Indralaya, Wawancara, Indralaya, 7 September 2021.

[20]Observasi, 8 September 2021.

[21]Abd Rahman Assegaf, Filsafat Penddikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integrative-Interkonektif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 253.

No comments:

Post a Comment

ads